Haluan

Buruh adalah manusia yang menggunakan tenaga dan kemampuannya untuk mendapatkan balasan berupa pendapatan baik berupa uang maupun bentuk lain dari majikan. Sedangkan Kata, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring (Dalam Jaringan / Online) edisi III adalah, unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa.

Foto Jurnalistik Terbaik Dunia

Foto Jurnalistik Terbaik Dunia

Sunday, May 15, 2016

Ha ha ha..... Mantap Pak Haji!

INI baru namanya berita berisi pernyataan paling mantap semantap mantapnya mantap. Eh, bukan penulisan beritannya yang mantap, tapi makna beritanya kawan. Buruhkata saja jadi riang dan hampir jatuh dari kursi goyang di teras rumah, Sabtu (14 Mei 2016), ketika menatap nyembulnya tautan berita itu di layar android. Bukan cuma Buruhkata yang riang, susu yang sedang diseruput pun ikut gembira dan meluber di kumis, jengot, hingga keluar dari lubang hidung. 

Alasannya, dari judulnya saja, berita itu sungguh... Eeee...Hmmm.. Ah entah bagaimana mengungkapkannya. Seperti makan permen Nano-nano. Tahu kan rasa permennya? Manis tapi asin, tapi asam juga, ramai rasanya.

Inti beritanya sih biasa, tentang polemik pemberian gelar adat dari Aliansi Masyarakat Adat Bolaang Mongondow (Amabom) yang ditentang berbagai kalangan. Pertentangan itu pun sudah bergulir sejak Om Sumarsono, Plt Gubernur Sulut kala itu, disematkan gelar adat sama Amabom. Bahkan, Katamsi Ginano, ikut menampar dengan artikelnya, “Gelar adat odong-odong.” Begitu tulis Bang Katamsi di laman kronikmongondow.blogspot.com, Selasa (01 Desember 2015), hahaha.....

Namun yang bikin riang Buruhkata, bukan soal berita gelar adat atau Amabom-nya, tapi kalimat dari pernyataan narasumber berita itu yakni, Jemmy Lantong. Ketua Harian Amabom itu memberikan pernyataan yang sarat motivasi, bahkan nilai motivasi tingkat tinggi setinggi tingginya tinggi. Pernyataan itu khusus menampar sekaligus memotivasi para pelaku media berita online di Bolmong Raya.

Pernyataan apa itu? Ini beritannya:

(http://www.totabuannaton.com/aspirasi/jemmy-lantong-pemberitaan-media-online-tidak-perlu-tanggapi-kecuali-media-cetak-saja/)

Jemmy Lantong : Pemberitaan Media Online Tidak Perlu Saya Tanggapi, Kecuali Media Cetak Saja. Begitu judul berita yang disajikan media online Totabuannaton.com, Sabtu (14 Mei 2016). Bagaimana kawan, ketemu tidak nilai motivasi dari kata-kata Jemmy Lantong (JL) itu?

Jadi begini maksud kata Pak Haji JL. Bagi dia, berita media cetak lebih dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan ketimbang media online. Itu inti pernyataannya.

Sekarang, kenapa pernyataan itu keluar dari narasumber yang malah sedang diwawancarai seorang wartawan media online? Alasannya ya itu, kuatnya kepercayaan kepada media cetak dengan tingginya tingkat akurasi dan verifikasi beritanya, bukannya disaingi, media online malah memperparah dengan buruknya kualitas beritanya. Lebih menyedihkan, media online berkualitas rendah saat ini muncul dan terus beranakpinak seantero Bolaang Mongondow Raya.

Bagi Buruhkata, Pak Haji JL termasuk salah satu tokoh publik yang paling cepat ngeh dengan buruknya tumbuh-kembang (kayak bayi hehehe) media online saat ini. Sebagai tokoh publik, tentunya dia tidak sembarang melemparkan pernyataan itu.

Buruhkata yakin, JL salah satu tokoh yang merasakan langsung dampak negatif perkembangan media online di bumi para Bogani. JL menjadi salah satu tokoh publik yang berani merespon carut-marutnya media online sontoloyo saat ini. Makin banyaknya media online di Bolmong Raya, bukan menambah tingkat kepercayaan publik namun sebaliknya, malah media online itu sendiri yang merusak citranya. Di sini Buruhkata tidak men-general semua media online, tapi Buruhkata yakin semua dari mereka dianggap sama. Dasar pengembangan pernyataan JL ini bukan sembarang Buruhkata kemukakan di sini, tapi itu korelasinya dengan realita saat ini.

Begini kawan, lihat saja bagaimana media cetak menyajikan berita untuk bisa dikonsumsi publik. Media cetak menempatkan akurasi sebagai hal penting sehingga membutuhkan proses sebelum dilempatkan ke publik. Karena prosesnya itu, artinya berita tidak langsung bisa dikonsumsi publik. Beritanya harus melalui proses editing, layout, proof reading, dan kemudian dicetak. Bahkan, seringkali para layouter turut menambah akurasi pemberitaan. Hebatkan? Dengan demikian, karena proses panjang itulah maka sudah sepantasnya media cetak dianggap lebih kredibel ketimbang media online.

Kita semua tahu lah, media online cuma mengutamakan kecepatan dan mengabaikan akurasi. Gaya media online itu juga diperparah dengan mekanisme dapur redaksi yang menyajikan berita tanpa proses editing. Mungkin ada yang pakai mekanisme editing sebelum berita tayang, tapi dipastikan, yang ngedit orang yang tidak kompeten dan dilakukan sekenanya pula.

Lihat saja bagaimana kualitas berita-berita media online di Bolmong Raya saat ini. Status aneh-aneh di BBM, facebook, SMS, bisa langsung dibikin berita. Jika berita merugikan sepihak, mereka tak peduli, asal muat saja. Toh, mereka beranggapan orang yang dirugikan bisa memberikan hak jawab. Hahaha.... gagap kode etik. 

Oh iya, lihat juga kasus heboh terbaru soal perempuan Manado diperkosa 19 pria. Kemarin, pihak Polda dalam jumpa pers malah menyebut tidak ada unsur pemerkosaan di kasus itu. Artinya, yang memerkosa si gadis, ya, para media online, yang jumlahnya lebih dari 19. Hahaha....

Ah begitulah, yang penting sekarang sudah ada Pak Haji JL. Semoga motivasi Pak Haji itu bisa menjadi dorongan para pelaku media online untuk menjadi lebih baik lagi. Bahkan tak hanya itu, bisa saja motivasi Pak Haji membuat media online di Bolmong Raya jadi tergerak untuk bisa sejajar atau bahkan menaklukan media cetak. Tentunya perkuat akurasi berita, kalau perlu buang pikiran-pikiran yang berorientasi hanya pada trafik atau jumlah pengunjung (visitors). Toh, pendapatan cuma dari kontrak kehumasan, bukan dari google.

Kawan pembaca yang budiman, di akhir artikel ini, sebagai bentuk penghargaan kepada Drs. Hi. Jemmy Lantong atas jasanya menelurkan penyataan mantap semantap mantapnya mantap, Buruhkata memberikan gelar kepadanya, “Bapak Motivator Media Online”.


Ssssstt.. ada satu rahasia kawan. Dengar-dengar, ada pernyataan Pak Haji JL saat wawancara, yang tidak dituliskan si wartawan Totabuannaton.com di beritanya. Sumber Buruhkata yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan, Pak Haji JL di akhir wawancara sempat menyebut, “Keren Itu Wartawan Media Cetak”.

No comments:

Post a Comment