Haluan

Buruh adalah manusia yang menggunakan tenaga dan kemampuannya untuk mendapatkan balasan berupa pendapatan baik berupa uang maupun bentuk lain dari majikan. Sedangkan Kata, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring (Dalam Jaringan / Online) edisi III adalah, unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa.

Foto Jurnalistik Terbaik Dunia

Foto Jurnalistik Terbaik Dunia

Saturday, February 11, 2017

O C T A V

MENARIK disimak rentetan peristiwa jelang Pilkada di Kabupaten Bolmong beberapa bulan terakhir. Jika sebelumnya ramai berita sita jaminan aset milik Calon Bupati Salihi Bue Mokodongan (SBM) bersama istri (sudah diulas pada artikel sebelumnya), kali ini tak kalah heboh dua pokok berita tentang Calon Bupati Bolaang Mongondow Yasti Soepredjo Mokoagow (YSM). Adalah tentang hilang suara dalam debat setelah minum air mineral berasa garam, kemudian dikabarkan sakit hingga berobat ke Singapura.

Bagi warga BMR yang kurang informasi mengenai berita hoax tergolong kocak menyerempet satu-satunya kontestan perempuan dalam helat pilkada itu, tentunya memang perlu piknik. Alasannya, hampir seantero media online di BMR memberitakan hal tersebut. Entah media cetak juga.

Buruhkata sebenarnya tidak ingin menduga-duga. Tapi rasanya, berita air mineral rasa garam yang dipublikasikan situs Totabuan.co (https://totabuan.co/2017/02/yasti-air-yang-saya-minum-waktu-di-debat-seperti-dicampur-garam/) dan Kroniktotabuan.com (https://kroniktotabuan.com/bolmong/usai-minum-air-yang-terasa-garam-saat-debat-suara-yasti-hilang) identik dengan urusan sihir dibanding medis.

Buruhkata meyakini, urusan ilmu hitam, “kirim-mengirim angin”, hanya ada di negeri entah-berentah. Analisis Buruhkata, soal air rasa garam mungkin terjadi karena permasalahan indra perasa di lidah YSM yang sedang tidak normal. Mungkin dia sakit tapi memaksa ikut debat. Atau mungkin, pewarta yang me-lebay-kan materi beritanya.

Jadi, sungguh tak sulit menertawakan kocak-kocak isu garam di setiap helat pilkada di BMR. Buruhkata saja dengan mudah menemukan kondisi serupa dalam helat Pilkada Boltim 2015 silam. “Ritual Tabur Garam Jadi ‘Bumbu Penyedap’ Sebelum Debat Kandidat Pilkada Boltim”, begitu judul berita isu sihir milik Beritatotabuan.com (http://beritatotabuan.com/2015/11/ritual-tabur-garam-jadi-bumbu-penyedap-sebelum-debat-kandidat-pilkada-boltim/).

Nah, sampailah artikel ke paragraf ke enam. Pasti ada yang bertanya-tanya, di mana korelasinya antara isi dan judul artikel ini. Sedari tadi dibaca-baca tak ketemu kata Octav! He he he…

Begini kawan, Buruhkata menggunakan kata Octav di judul artikel cuma ingin menarik perhatian pembaca saja. Di mana menariknya? Nah, Octav adalah pria kerempeng berprofesi sebagai pewarta dengan kemampuan yang terbilang mumpuni untuk membuat orang kesal. Bahkan, kabar buruk beredar, elektabilitas Octav di media sosial naik hampir sejajar dengan para kontestan calon kepala daerah.

Dari penelusuran Buruhkata, Octav sejak 2015 silam sudah membuat sensasi setelah menyurati Kabag Humas Pemkab Bolmut Kristianto Nani, via Polsek Kaidipang. Bahkan, di beberapa artikel Buruhkata sebelumnya, nama Octav sudah lalu-lalang menghiasi. Masih ingat kan, berita soal jempolnya Sektretaris Kotamobagu Tahlis Gallang?

Dan, seperti yang sudah-sudah, dalam helat Pilkada Bolmong ini pun tak terkecuali Octav peroleh peran. Tak kalah hebatnya, kemampuan Octav kali ini membuat berang sejumlah netizen termasuk orang sekelas Yanny Ronny Tuuk (YRT) yang tak lain adalah Calon Wakil Bupati Bolmong berpasangan dengan YSM.

Jadi saya tegaskan kepada saudara Octav, jadi wartawan yang pakai otak, bilang pa Octav. Jangan sembarang muat berita yang nda jelas, itu namanya berita bohong. Wartawan model bagini soboleh selesaikan di dunia persilatan,” ujar Yanny, yang nampak bersungguh-sungguh dengan kalimatnya. Penyataan itu disampaikan dalam rekaman video yang diunggah di laman facebook seorang pewarta kemudian diteruskan sejumlah netizen.

Meski diketahui beberapa saat kemudian video itu dihapus, namun sayang terlanjur diunduh sejumlah netizen dan kembali dipublikasikan. Termasuk kembali dipublikasikan akun facebook-nya Octav sendiri, (https://www.facebook.com/octav.stalen/videos/pcb.282106762206923/282106732206926/?type=3&theater).

Melihat rekaman video itu mata Buruhkata terbelalak, tak henti terheran-heran betapa luar biasanya Octav membuat jengkel orang sekelas YRT. Telisik punya telisik, hasilnya sungguh di luar dugaan. Ternyata masalahnya muncul lantaran Octav membagikan artikel milik Lidik.net berjudul “Sakit Parah Yasti Soepredjo Mokoagow Di Terbangkan Ke Singapore” (http://lidik.net/sakit-parah-yasti-soepredjo-mokoagow-di-terbangkan-ke-singapore.html) di akun facebook-nya.

Padahal, entah situs Lidik.net milik siapa dan apakah masuk kategori perusahaan pers atau bukan. Yang pastinya situs itu tergolong abal-abal, tak jelas alamat serta siapa penanggung jawab redaksinya. Namun kerennya, kali ini Octav “berhasil” menciptakan kemenangan.

Octav mungkin tidak berpikir sepak terjangnya sangat laku di pasaran para netizen terkhusus mereka yang sakit hati dengan ulahnya. Barangkali Octav sendiri pun tak menyangka akan diseruduk penyataan keras langsung dari orang sekelas Yanny RonnY Tuuk, S.Th., M.M.

Sungguh, setelah ditelisik apa yang dilakukan Octav terkait isu YSM sakit, ternyata bukanlah suatu hal penting ditanggapi, dan silap itu masih umum dilakuan para netizen seantero Indonesia: adalah membagikan/meneruskan (share) tautan berita tak peduli benar atau hoax. Namun ini menariknya, karena yang turut membagikan isu YSM sakit adalah Octav, maka dampaknya jadi berbeda. Lihat saja video kegeraman YRT setelah Octav meneruskan tautan artikel milik Lidik.net tersebut.

Kembali perlu Buruhkata ungkapkan betapa “populernya” Octav di mata sejumlah netizen. Karena ternyata, tautan Lidik.net yang ia bagikan dibumbuhi tulisan “GWS” alias get well son, yang artinya “semoga cepat sembuh”. Namun apalah arti GWS, Octav tetaplah Octav. Tak peduli soal abal-abalnya Lidik.net, karena yang penting bagi sejumlah netizen bukan beritanya, tapi Octavnya.

Nah, ada kabar teranyar diterima Buruhkata kemarin malam. Panggung makin ramai setelah pernyataan YRT lewat video itu direspon Octav lewat jari-jari petugas SPKT (Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu). Konon kabarnya, tak tanggung-tanggung sejumlah mobil penuh berisi pasukan pengamanan mendampingi Octav melapor ke Polres Bolmong.

Benar sudah, elektabilitas Octav makin menanjak hampir sejajar para kontestan Pilkada Bolmong. Sebelum orang-orang merobek tanggal 11 Februari 2017 di kalender sebagai tanda dimulainya masa tenang Pilkada Bolmong, kini Octav sudah memiliki martil yang terbilang sakti membuat hangat masa tenang Pilkada Bolmong.

Bagi Buruhkata, sebenarnya tak ada yang sebegitunya perlu harus berurusan dengan Octav ini. Sungguh, sosok YRT keluar dari ekspetasi orang-orang setelah melihat video tersebut. Sampai di sini Buruhkata pun curiga dan menduga, ada strategi gagal dilakukan tim pemenangan Yasti-Yanny.

Duga-duga ini menguat dari bisikan-bisikan teman belakangan ini. Bahwa kata mereka, bisa saja air mineral bercampur garam serta isu YSM sakit adalah strategi victim playing tim pemenangan yang gagal total. Oh, mungkin kawan-kawan jarang mendengar isitilah victim playing ini. Bagi yang belum pernah dengan istilah itu akan buruhkata jelaskan sedikit di sini. 

Victim playing bisa diartikan “bermain korban” atau lebih dikenal dengan sebutan play victim. Strategi victim playing dimaksudkan untuk membuat seseorang seolah-olah korban yang selalu didzolimi, ditindas, minoritas (korban SARA), seakan-akan yang paling menderita di muka bumi ini sehingga mendapat simpati orang yang kasihan.

Menariknya, tujuan stategi victim playing untuk membangun opini bahwa seseorang atau kelompok tertentu penyebab di balik menderitanya si korban. Jadi, si korban a.k.a si tokoh player victim ini dibuat sedemikian rupa sehingga menjadi orang paling baik yang ditindas orang jahat.

Kembali ke soal duga-duga adanya strategi tim pemenangan Yasti-Yanny yang gagal. Analisis Buruhkata, sedari awal memang ada yang aneh dengan isu sita jaminan aset SBM yang beredar dari sejumlah situs berita. Setelah diamati dan dipelajari, gerombolan situs yang santer memberitakan isu tersebut ternyata sedari awal kentara memihak pasangan Yasti-Yanny. Isi beritanya mirip-mirip kalau soal Yasti-Yanny, beda-beda judul saja. Konon, memang situs-situs itu—sekitar 20-an situs—sejak awal sudah dikontrak tim pemenangan.

Nah, soal gorengan isu sita jaminan itu, belakangan malah menjadi kekuatan tersendiri bagi SBM. Itu setelah warga memahami bahwa tidak ada aset salihi yang beralih seperti yang dipahami mereka dari sejumlah pemberitaan. Dari sini kemungkinan muncul rasa iba dan kasihan warga kepada SBM. Apalagi bisik-bisik terdengar, sejumlah warga beralih pilihan dari YSM ke SBM lantaran isu tersebut.(Sebaliknya juga ada, sih. He he he)

Mungkin, lantaran kondisi SBM itu mendorong tim YSM berupaya menciptakan kondisi serupa dengan strategi victim playing tadi. Bisa jadi inilah pencetus munculnya sihir air mineral rasa garam dan isu YSM sakit mencuat. Sayang, jika itu victim playing, sepertinya isu sihir garam kurang berdampak. Isu YSM sakit pun tak kalah kacau jadinya.

Soal isu YSM sakit, di situ lah sosok Octav jadi magnet pengganjal utama. Dan lucunya, situasi itu di luar daya dan upaya si Octav. Lebih tepatnya mungkin ini blunder tim pemenangan karena terjerumus “popularitas” Octav. Mungkin judul yang tepat untuk artikel ini adalah "Strategi Palying Victim Gagal Total". He he he... Namun, benar tidaknya soal strategi playing victim, jawabannya hanya Tuhan yang tahu.

Oke, dari sedikit penelusuran Buruhkata, didapati bahwa video YRT diunggah seorang pewarta, termasuk turut dibagikan seorang pewarta lain menggunakan frasa berindikasi pengancaman. Hingga kini Buruhkata belum tahu siapa kedua pewarta itu. Namun pastinya, dari rentetan kejadian itu membuat Buruhkata berkesimpulan isu-isu Pilkada Bolmong erat kaitannya dengan pertarungan antarpewarta. Pewarta merangkap tim sukses namanya. Baik dari kubu YSM dengan gerombolan situs online-nya, termasuk dari kubu SBM yang tak perlu ditelisik, salah satunya si Octav.

Mengingat artikel ini judulnya Octav, maka perlu Buruhkata beri sedikit pesan kepada yang bersangkutan termasuk kepada semua netizen. “Mulai saat ini jangan mudah meneruskan berita atau tautan informasi di media sosial. Alasannya, bisa juga tanpa disadari berita/informasi yang di-share adalah hoax. Meski tindakan itu tak serta-merta bisa dipidana, namun tetap perlu lebih berhati-hati.”

Dan soal Video YRT, sepertinya bukan pesan yang bisa Buruhkata sampaikan, namun tepatnya strategi menghindari potensi jerat pidana. Alasannya, ancaman pidana pencemaran nama baik plus pengancaman dalam UU ITE max penjara 4-6 tahun atau denda max Rp750 juta-Rp1 miliar. Apalagi video itu tak hanya berpotensi menyeret YRT sendiri, termasuk pewarta pengunggah video serta yang turut menyebarkan tautannya dengan niat dan secara sadar bermaksud menghina dan mengancam seseorang dalam hal ini Octav. So, strateginya cuma satu, minta maaf dan minta aduan polisi itu dicabut.

Di akhir artikel ini, Buruhkata ingin mengungkapkan unek-unek menyikapi posisi wartawan dalam perspektif pemilu. Sudah tak bisa dipungkiri sejumlah wartawan BMR bahkan di Indoensia saat ini dinilai berat kanan, berat kiri, hingga tak jarang jadi sasaran negatif pihak tertentu. Padahal, tak ada yang salah jika wartawan berpihak ke salah satu kandidat. Alasanya, wartawan dituntut berpihak kepada hal yang subjektif alias yang dia yakini kebenarannya. Jika wartawan berpihak ke salah satu kandidat karena dianggap paling bisa mensejahterahkan masyarakat, sementara kandidat lain di mata pewarta jauh dari harapan, maka itu lah bentuk independensi wartawan alias berpihak pada kebenaran yang subjektif.

Berdasarkan hal itu, mungkin lebih tepatnya Dewan Pers perlu mengeluarkan surat edaran tentang keharusan setiap media yang berpihak ke salah satu kandidat untuk mengumumkan secara terbuka sikap itu di medianya. Dan itu sudah dilakukan The Jakarta Post pada Pilres lalu. Media berbahasa inggis tersebut dalam editorialnya menyatakan mendukung Jokowi-Kalla, karena dianggap pasangan itu memiliki kesamaan visi dengan medianya.

Akhirnya, jika kedepan Dewan Pers keluarkan edaran seperti itu, maka mungkin masyarakat bisa mudah memilah serta memperoleh informasi yang mereka harapkan. Tentunya juga, masyarakat lebih mudah terhindar dari potensi gejolak permainan isu media.(*)

No comments:

Post a Comment