Banyak suku kata dalam bahasa manusia di seluruh dunia terjadi
kontraksi. Mulai bahasa inggris, indonesia, bahkan mungkin bahasa planet para alien.
Apalagi cuma bahasa Manado, ini rajanya bahasa daerah dengan segudang pemendekan
kata: “Ngana” jadi “Nga”, “Torang” jadi “Tong”, “Pigi” jadi “Pi”, bahkan kata
“Nona” jadi “Non”. Hachiiuw..! yang terakhir ngawur kawan.
Ngomong-ngomong soal kata “Nona”, jadi teringat semasa Buruhkata remaja di tahun 70-an. Masa
itu libido seks lagi di puncak-puncaknya. Mulut tak ditahan untuk menyapa jika
ketemu lawan jenis yang aduhai, “Helouw Nona..”.
Maaf, tulisan di atas ngawur semua kawan, lantaran judul
berita berikut ini salah penulisannya:
Mensristek Dikti Non Aktifkan Rektor Unima. Begitu judul berita
yang tulis Beritatotabuan.com. Kesalahan terdapat pada kata “Non Aktifkan” yang
harusnya ditulis “Nonaktifkan”.
Arti kata “Nonaktif” berdasarkan KBBI versi daring sebagai
berikut; nonaktif/non·ak·tif/ a tidak menjalankan pekerjaan
(tugas) lagi (sebagai pegawai, pekerja, tentara): ia adalah anggota TNI dengan pangkat sersan yang sudah --;
Dengan demikian, kata “Nonaktif” ditambahkan sufiks “-kan” menjadi "Nonaktifkan". So, penulisan
judul yang benar harusnya, “Mensristek Dikti Nonaktifkan Rektor Unima”. Lebih
baku lagi harusnya, “Mensristek Dikti Menonaktifkan
Rektor Unima”.
Ngemeng-ngemeng, ada yang menarik dari penyerapan unsur kata “Non”
(Kalau tidak salah dari bahasa inggris) sebagai prefiks. Soalnya, penempatan
awalan “Non” hanya bisa dipakai pada kata tertentu saja, misalnya kata benda, sifat, atau kata keadaan.
Contoh kata –non pada kata benda di antaranya, nonfiksi, nonanggota dll. Contoh kata sifat atau kata keadaan: nongelar, nonkolesterol, atau nonaktif seperti berita di atas. Sampai di sini masih aman kan?
Contoh kata –non pada kata benda di antaranya, nonfiksi, nonanggota dll. Contoh kata sifat atau kata keadaan: nongelar, nonkolesterol, atau nonaktif seperti berita di atas. Sampai di sini masih aman kan?
Sekarang bagaimana jika –non ditempatkan sebagai awalan pada
kata kerja? Ya, bisa muncul ketatabahasaan yang kocak
sekocak kocaknya kocak. Misal untuk kata kerja “tikam”, “tidur”, dan “bangun”.
Jika diberi awalan -non jadinya seperti ini: “Nontikam”, “Nontidur”, “Nonbangun”. Lucu toh?
Jika pemahaman ini
merasuki media sontoloyo, bisa muncul judul berita seperti ini:
Hirup Ehabon, Gadis SMP Tertidur dan Nonbangun Lagi
Hirup Ehabon, Gadis SMP Tertidur dan Nonbangun Lagi
Masukan yang bagus...segera dirubah judulnya pak buruhkata......Sukur Moanto (Junaidi Amra)
ReplyDelete