Bagi warga
BMR yang kurang informasi mengenai berita hoax tergolong kocak menyerempet
satu-satunya kontestan perempuan dalam helat pilkada itu, tentunya memang perlu
piknik. Alasannya, hampir seantero media online di BMR memberitakan hal tersebut.
Entah media cetak juga.
Buruhkata sebenarnya tidak ingin menduga-duga.
Tapi rasanya, berita air mineral rasa
garam yang dipublikasikan situs Totabuan.co
(https://totabuan.co/2017/02/yasti-air-yang-saya-minum-waktu-di-debat-seperti-dicampur-garam/)
dan Kroniktotabuan.com (https://kroniktotabuan.com/bolmong/usai-minum-air-yang-terasa-garam-saat-debat-suara-yasti-hilang)
identik dengan urusan sihir dibanding medis.
Buruhkata meyakini, urusan ilmu hitam, “kirim-mengirim
angin”, hanya ada di negeri entah-berentah. Analisis Buruhkata, soal air rasa garam mungkin terjadi karena permasalahan
indra perasa di lidah YSM yang sedang tidak normal. Mungkin dia sakit tapi
memaksa ikut debat. Atau mungkin, pewarta yang me-lebay-kan materi beritanya.
Jadi,
sungguh tak sulit menertawakan kocak-kocak isu garam di setiap helat pilkada di
BMR. Buruhkata saja dengan mudah
menemukan kondisi serupa dalam helat Pilkada Boltim 2015 silam. “Ritual Tabur
Garam Jadi ‘Bumbu Penyedap’ Sebelum Debat Kandidat Pilkada Boltim”, begitu
judul berita isu sihir milik Beritatotabuan.com
(http://beritatotabuan.com/2015/11/ritual-tabur-garam-jadi-bumbu-penyedap-sebelum-debat-kandidat-pilkada-boltim/).
Nah, sampailah
artikel ke paragraf ke enam. Pasti ada yang bertanya-tanya, di mana korelasinya
antara isi dan judul artikel ini. Sedari tadi dibaca-baca tak ketemu kata Octav!
He he he…
Begini
kawan, Buruhkata menggunakan kata
Octav di judul artikel cuma ingin menarik perhatian pembaca saja. Di mana
menariknya? Nah, Octav adalah pria
kerempeng berprofesi sebagai pewarta dengan kemampuan yang terbilang mumpuni
untuk membuat orang kesal. Bahkan, kabar buruk beredar, elektabilitas Octav di
media sosial naik hampir sejajar dengan para kontestan calon kepala daerah.
Dari
penelusuran Buruhkata, Octav sejak
2015 silam sudah membuat sensasi setelah menyurati Kabag Humas Pemkab Bolmut
Kristianto Nani, via Polsek Kaidipang. Bahkan, di beberapa artikel Buruhkata sebelumnya, nama Octav sudah
lalu-lalang menghiasi. Masih ingat kan, berita soal jempolnya Sektretaris Kotamobagu
Tahlis Gallang?
Dan, seperti
yang sudah-sudah, dalam helat Pilkada Bolmong ini pun tak terkecuali Octav
peroleh peran. Tak kalah hebatnya, kemampuan Octav kali ini membuat berang
sejumlah netizen termasuk orang sekelas Yanny Ronny Tuuk (YRT) yang tak lain
adalah Calon Wakil Bupati Bolmong berpasangan dengan YSM.
“Jadi saya tegaskan kepada saudara Octav,
jadi wartawan yang pakai otak, bilang pa Octav. Jangan sembarang muat berita
yang nda jelas, itu namanya berita bohong. Wartawan model bagini soboleh
selesaikan di dunia persilatan,” ujar Yanny, yang nampak bersungguh-sungguh
dengan kalimatnya. Penyataan itu disampaikan dalam rekaman video yang diunggah di
laman facebook seorang pewarta kemudian diteruskan sejumlah netizen.
Meski diketahui beberapa saat kemudian video itu dihapus, namun sayang terlanjur
diunduh sejumlah netizen dan kembali dipublikasikan. Termasuk kembali
dipublikasikan akun facebook-nya
Octav sendiri, (https://www.facebook.com/octav.stalen/videos/pcb.282106762206923/282106732206926/?type=3&theater).
Melihat
rekaman video itu mata Buruhkata
terbelalak, tak henti terheran-heran betapa luar biasanya Octav membuat jengkel
orang sekelas YRT. Telisik punya telisik, hasilnya sungguh di luar dugaan. Ternyata
masalahnya muncul lantaran Octav membagikan artikel milik Lidik.net berjudul “Sakit Parah Yasti Soepredjo Mokoagow Di
Terbangkan Ke Singapore” (http://lidik.net/sakit-parah-yasti-soepredjo-mokoagow-di-terbangkan-ke-singapore.html)
di akun facebook-nya.
Padahal,
entah situs Lidik.net milik siapa dan
apakah masuk kategori perusahaan pers atau bukan. Yang pastinya situs itu
tergolong abal-abal, tak jelas alamat serta siapa penanggung jawab redaksinya.
Namun kerennya, kali ini Octav “berhasil” menciptakan kemenangan.
Octav
mungkin tidak berpikir sepak terjangnya sangat laku di pasaran para netizen
terkhusus mereka yang sakit hati dengan ulahnya. Barangkali Octav sendiri pun
tak menyangka akan diseruduk penyataan keras langsung dari orang sekelas Yanny
RonnY Tuuk, S.Th., M.M.
Sungguh,
setelah ditelisik apa yang dilakukan Octav terkait isu YSM sakit, ternyata bukanlah
suatu hal penting ditanggapi, dan silap itu masih umum dilakuan para netizen seantero
Indonesia: adalah membagikan/meneruskan (share) tautan berita tak peduli benar
atau hoax. Namun ini menariknya, karena yang turut membagikan isu YSM sakit
adalah Octav, maka dampaknya jadi berbeda. Lihat saja video kegeraman YRT
setelah Octav meneruskan tautan artikel milik Lidik.net tersebut.
Kembali
perlu Buruhkata ungkapkan betapa “populernya” Octav di mata sejumlah netizen. Karena ternyata, tautan
Lidik.net yang ia bagikan dibumbuhi
tulisan “GWS” alias get well son, yang
artinya “semoga cepat sembuh”. Namun apalah arti GWS, Octav tetaplah Octav. Tak
peduli soal abal-abalnya Lidik.net,
karena yang penting bagi sejumlah netizen bukan beritanya, tapi Octavnya.
Nah, ada kabar teranyar diterima Buruhkata kemarin malam. Panggung makin ramai setelah pernyataan YRT
lewat video itu direspon Octav lewat jari-jari petugas SPKT (Sentra Pelayanan
Kepolisian Terpadu). Konon kabarnya, tak tanggung-tanggung sejumlah mobil penuh
berisi pasukan pengamanan mendampingi Octav melapor ke Polres Bolmong.
Benar sudah,
elektabilitas Octav makin menanjak hampir sejajar para kontestan Pilkada
Bolmong. Sebelum orang-orang merobek tanggal 11 Februari 2017 di kalender sebagai
tanda dimulainya masa tenang Pilkada Bolmong, kini Octav sudah memiliki martil
yang terbilang sakti membuat hangat masa tenang Pilkada Bolmong.
Bagi Buruhkata, sebenarnya tak ada yang
sebegitunya perlu harus berurusan dengan Octav ini. Sungguh, sosok YRT keluar
dari ekspetasi orang-orang setelah melihat video tersebut. Sampai di sini Buruhkata pun curiga dan menduga, ada strategi
gagal dilakukan tim pemenangan Yasti-Yanny.
Duga-duga
ini menguat dari bisikan-bisikan teman belakangan ini. Bahwa kata mereka, bisa
saja air mineral bercampur garam serta isu YSM sakit adalah strategi victim playing tim pemenangan yang gagal total. Oh, mungkin kawan-kawan jarang mendengar isitilah victim playing ini. Bagi yang belum
pernah dengan istilah itu akan buruhkata
jelaskan sedikit di sini.
Victim playing bisa diartikan “bermain korban” atau lebih dikenal dengan sebutan play victim. Strategi victim playing dimaksudkan untuk membuat seseorang seolah-olah korban yang selalu didzolimi, ditindas, minoritas (korban SARA), seakan-akan yang paling menderita di muka bumi ini sehingga mendapat simpati orang yang kasihan.
Menariknya, tujuan stategi victim playing untuk membangun opini bahwa seseorang atau kelompok tertentu penyebab di balik menderitanya si korban. Jadi, si korban a.k.a si tokoh player victim ini dibuat sedemikian rupa sehingga menjadi orang paling baik yang ditindas orang jahat.
Kembali ke
soal duga-duga adanya strategi tim pemenangan Yasti-Yanny yang gagal. Analisis Buruhkata, sedari awal memang ada yang aneh dengan isu
sita jaminan aset SBM yang beredar dari sejumlah situs berita. Setelah diamati
dan dipelajari, gerombolan situs yang santer memberitakan isu tersebut ternyata sedari
awal kentara memihak pasangan Yasti-Yanny. Isi beritanya mirip-mirip kalau soal
Yasti-Yanny, beda-beda judul saja. Konon, memang situs-situs itu—sekitar
20-an situs—sejak awal sudah dikontrak tim pemenangan.
Nah, soal gorengan isu sita jaminan itu, belakangan malah
menjadi kekuatan tersendiri bagi SBM. Itu setelah warga memahami bahwa tidak
ada aset salihi yang beralih seperti yang dipahami mereka dari sejumlah pemberitaan.
Dari sini kemungkinan muncul rasa iba dan kasihan warga kepada SBM. Apalagi bisik-bisik terdengar, sejumlah warga beralih pilihan dari YSM ke SBM lantaran isu tersebut.(Sebaliknya juga ada, sih. He he he)
Mungkin, lantaran kondisi SBM itu mendorong tim YSM berupaya menciptakan kondisi
serupa dengan strategi victim playing tadi. Bisa jadi inilah pencetus munculnya
sihir air mineral rasa garam dan isu YSM sakit mencuat. Sayang, jika itu victim
playing, sepertinya isu sihir garam kurang berdampak. Isu YSM sakit pun tak
kalah kacau jadinya.
Soal isu YSM
sakit, di situ lah sosok Octav jadi magnet pengganjal utama. Dan lucunya, situasi
itu di luar daya dan upaya si Octav. Lebih tepatnya mungkin ini blunder tim
pemenangan karena terjerumus “popularitas” Octav. Mungkin judul yang tepat untuk artikel ini adalah "Strategi Palying Victim Gagal Total". He he he... Namun, benar tidaknya soal strategi playing victim, jawabannya hanya Tuhan yang tahu.
Oke, dari sedikit
penelusuran Buruhkata, didapati bahwa
video YRT diunggah seorang pewarta, termasuk turut dibagikan seorang pewarta
lain menggunakan frasa berindikasi pengancaman. Hingga kini Buruhkata belum tahu siapa kedua pewarta
itu. Namun pastinya, dari rentetan kejadian itu membuat Buruhkata berkesimpulan
isu-isu Pilkada Bolmong erat kaitannya dengan pertarungan antarpewarta. Pewarta
merangkap tim sukses namanya. Baik dari kubu YSM dengan gerombolan situs
online-nya, termasuk dari kubu SBM yang tak perlu ditelisik, salah satunya si
Octav.
Mengingat
artikel ini judulnya Octav, maka perlu Buruhkata
beri sedikit pesan kepada yang bersangkutan termasuk kepada semua netizen. “Mulai saat ini jangan mudah meneruskan berita
atau tautan informasi di media sosial. Alasannya, bisa juga tanpa disadari
berita/informasi yang di-share adalah hoax. Meski tindakan itu tak serta-merta
bisa dipidana, namun tetap perlu lebih berhati-hati.”
Dan soal
Video YRT, sepertinya bukan pesan yang bisa Buruhkata
sampaikan, namun tepatnya strategi menghindari potensi jerat pidana. Alasannya,
ancaman pidana pencemaran nama baik plus pengancaman dalam UU ITE max penjara 4-6
tahun atau denda max Rp750 juta-Rp1 miliar. Apalagi video itu tak hanya berpotensi
menyeret YRT sendiri, termasuk pewarta pengunggah video serta yang turut
menyebarkan tautannya dengan niat dan secara sadar bermaksud menghina dan
mengancam seseorang dalam hal ini Octav. So,
strateginya cuma satu, minta maaf dan minta aduan polisi itu dicabut.
Di akhir
artikel ini, Buruhkata ingin mengungkapkan
unek-unek menyikapi posisi wartawan dalam perspektif pemilu. Sudah tak bisa
dipungkiri sejumlah wartawan BMR bahkan di Indoensia saat ini dinilai berat
kanan, berat kiri, hingga tak jarang jadi sasaran negatif pihak tertentu.
Padahal, tak ada yang salah jika wartawan berpihak ke salah satu kandidat. Alasanya,
wartawan dituntut berpihak kepada hal yang subjektif alias yang dia yakini
kebenarannya. Jika wartawan berpihak ke salah satu kandidat karena dianggap
paling bisa mensejahterahkan masyarakat, sementara kandidat lain di mata
pewarta jauh dari harapan, maka itu lah bentuk independensi wartawan alias berpihak
pada kebenaran yang subjektif.
Berdasarkan
hal itu, mungkin lebih tepatnya Dewan Pers perlu mengeluarkan surat edaran tentang
keharusan setiap media yang berpihak ke salah satu kandidat untuk mengumumkan
secara terbuka sikap itu di medianya. Dan itu sudah dilakukan The Jakarta Post
pada Pilres lalu. Media berbahasa inggis tersebut dalam editorialnya menyatakan
mendukung Jokowi-Kalla, karena dianggap pasangan itu memiliki kesamaan visi dengan
medianya.
Akhirnya, jika
kedepan Dewan Pers keluarkan edaran seperti itu, maka mungkin masyarakat bisa
mudah memilah serta memperoleh informasi yang mereka harapkan. Tentunya juga, masyarakat lebih mudah terhindar dari potensi
gejolak permainan isu media.(*)
No comments:
Post a Comment