Entah apalagi kata-kata yang pantas mengurai betapa dungu setumpul
sontoloyonya berita berjudul Upaya
Pemerkosaan Oleh Seorang Oknum ASN, Digagalkan Seorang Kakek (http://www.liputanbmr.com/kotamobagu/upaya-pemerkosaan-oleh-seorang-oknum-asn-digagalkan-seorang-kakek/). Oiya, ketemu kata yang pas, MALIMBUKU!
Buruhkata sempat membayangkan, bagaimana jika berita itu dikunjungi netizen dari luar BMR, atau dikunjungi pelaku media seperti si cantik Najwa Shihab. Bukan tidak mungkin Najwa kemudian muntah-muntah dan bilang inilah gambaran kelas media siber di BMR.
Buruhkata sempat membayangkan, bagaimana jika berita itu dikunjungi netizen dari luar BMR, atau dikunjungi pelaku media seperti si cantik Najwa Shihab. Bukan tidak mungkin Najwa kemudian muntah-muntah dan bilang inilah gambaran kelas media siber di BMR.
Arrgg…. memalukan!
Tak cuma rangkaian kata compang-camping, maksud isi beritanya
pun, oalah, cuma orang gila yang bisa ngeh. Coba deh kawan-kawan baca. Tak perlu
panjang-panjang, cukup baca teras beritanya Buruhkata
jamin kalian pasti tertawa. Apalagi jika ingin tertawa berlama-lama, ya baca semua isi berita; jumlah hampir 500
kata dengan 11 paragraf, ha ha ha….
Buruhkata tak habis
pikir, rasa malu pelaku media jenis ini entah ada di mana. Berkali-kali tersebut
di artikel blog ini, diyakini beritanya ditulis dan
langsung dipublikasikan wartawan jadi-jadian bermodal kartu pers. Itu pun terjadi
lantaran redaktur medianya tak jauh kelas sama wartawan jadi-jadian.
Meski jadi hiburan kala suntuk di akhir pekan, Buruhkata tetap prihatin dengan gerombolan
pewarta jenis ini. Luar biasa berani mempertontonkan kemaluan, eh, kedunguan tulisannya ke publik.
Perbanyak membaca dulu lah. Membaca itu bisa membuat pewarta
memahami gaya bahasa, sistematika dan cara menuliskan berita secara runtun, mudah
dicerna, menarik dan tidak bertele-tele. Banyak bahan yang bisa dibaca, baik dari
buku, artikel-article online, maupun berita di koran. Beli kamus Bahasa Indonesia
atau setidaknya sering-seringlah mengakses situs KBBI biar hilang vitamin H-nya.
Supaya tahu, ternyata kata yang benar “supaya” bukan “supayah” dan “berusia”
bukan “berusiah”. He he he....
Oh iya, jangan
lupa belajar dasar jurnalistik dengan rumusan 5W+1h, eh, salah, mulai belajar dulu soal beda kata langsung dan kata tidak
langsung. Kalau sampai tak paham-paham juga, mestinya berhenti jadi jurnalis,
daganglah kacang! Hi hi hi….
Nah, untuk jadi pengingat dan semangat belajar jurnalistiknya, Buruhkata buatkan piagam penghargaan untuk lucunya berita malimbuku....
Malam kian larut, hembusan angin menambah nuansa sunyi, makin lelap bagi yang tengah merenda mimpi di balik hangatnya selimut. Namun tidak dengan Kakek, ia mantap bersemangat mengurai kisah perjuangannya melawan penjajah. Padahal, usianya terbilang uzur, sudah 104 tahun. Sementara, Buruhkata, seorang mahasiswa KKN yang numpang nginap di rumah kakek, harus menahan kantuk sembari menunjukan atusias mengagumi setiap lembar kisah perjuangan itu.
Di satu kesempatan, Buruhkata menyempatkan bertanya berapa saudara kakek. Jawaban yang didengar sungguh di luar dugaan. Kakek mengaku adalah bungsu dari 7 bersaudara, “Masih hidop samua dorang,” ucap kakek diiringi kepulan asap rokok berhembus dari mulut dan hidungnya.
“Masi hidop samua?” tanya Buruhkata terheran-heran.
Kakek menjawab dengan anggukan penuh wibawa, sembari kembali menyeruput kopi hitam yang tinggal ampasnya. Di saat bersamaan terdengar suara gaduh dari dapur rumah.
“Ada yang ba bongkar dapur itu kek?”
“Biasa, sebe itu baru pulang, so mabo,” sahut Kakek santai.
posting berita itu sudah dihapus
ReplyDelete