Haluan

Buruh adalah manusia yang menggunakan tenaga dan kemampuannya untuk mendapatkan balasan berupa pendapatan baik berupa uang maupun bentuk lain dari majikan. Sedangkan Kata, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring (Dalam Jaringan / Online) edisi III adalah, unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa.

Foto Jurnalistik Terbaik Dunia

Foto Jurnalistik Terbaik Dunia

Sunday, October 23, 2016

Ya Tuhan, masih berita le ini??

Astaganaga…. Yaa Tuhan, mohon maaf atas perilaku Buruhkata yang tertawa terpingkal-pingkal hingga nafas jadi sesak. Mau bagaimana lagi, kelucuan tak mampu tertahan setelah tangan jail ini khilaf mengakses salah satu situs berita di BMR, Liputranbmr.com. Sungguh, ini berita lucu selucu lucunya lucu.

Entah apalagi kata-kata yang pantas mengurai betapa dungu setumpul sontoloyonya berita berjudul Upaya Pemerkosaan Oleh Seorang Oknum ASN, Digagalkan Seorang Kakek (http://www.liputanbmr.com/kotamobagu/upaya-pemerkosaan-oleh-seorang-oknum-asn-digagalkan-seorang-kakek/). Oiya, ketemu kata yang pas, MALIMBUKU!

Buruhkata sempat membayangkan, bagaimana jika berita itu dikunjungi netizen dari luar BMR, atau dikunjungi pelaku media seperti si cantik Najwa Shihab. Bukan tidak mungkin Najwa kemudian muntah-muntah dan bilang inilah gambaran kelas media siber di BMR.

Arrgg…. memalukan!

Tak cuma rangkaian kata compang-camping, maksud isi beritanya pun, oalah, cuma orang gila yang bisa ngeh. Coba deh kawan-kawan baca. Tak perlu panjang-panjang, cukup baca teras beritanya Buruhkata jamin kalian pasti tertawa. Apalagi jika ingin tertawa berlama-lama, ya baca semua isi berita; jumlah hampir 500 kata dengan 11 paragraf,  ha ha ha….

Buruhkata tak habis pikir, rasa malu pelaku media jenis ini entah ada di mana. Berkali-kali tersebut di artikel blog ini, diyakini beritanya ditulis dan langsung dipublikasikan wartawan jadi-jadian bermodal kartu pers. Itu pun terjadi lantaran redaktur medianya tak jauh kelas sama wartawan jadi-jadian.

Meski jadi hiburan kala suntuk di akhir pekan, Buruhkata tetap prihatin dengan gerombolan pewarta jenis ini. Luar biasa berani mempertontonkan kemaluan, eh, kedunguan tulisannya ke publik. 

Perbanyak membaca dulu lah. Membaca itu bisa membuat pewarta memahami gaya bahasa, sistematika dan cara menuliskan berita secara runtun, mudah dicerna, menarik dan tidak bertele-tele. Banyak bahan yang bisa dibaca, baik dari buku, artikel-article online, maupun berita di koran. Beli kamus Bahasa Indonesia atau setidaknya sering-seringlah mengakses situs KBBI biar hilang vitamin H-nya. Supaya tahu, ternyata kata yang benar “supaya” bukan “supayah” dan “berusia” bukan “berusiah”. He he he....

Oh iya, jangan lupa belajar dasar jurnalistik dengan rumusan 5W+1h, eh, salah, mulai belajar dulu soal beda kata langsung dan kata tidak langsung. Kalau sampai tak paham-paham juga, mestinya berhenti jadi jurnalis, daganglah kacang! Hi hi hi….

Nah, untuk jadi pengingat dan semangat belajar jurnalistiknya, Buruhkata buatkan piagam penghargaan untuk lucunya berita malimbuku....


Di akhir artikel ini, Buruhkata ingin membagikan satu kisah yang, rasanya mirip berita di atas.

Malam kian larut, hembusan angin menambah nuansa sunyi, makin lelap bagi yang tengah merenda mimpi di balik hangatnya selimut. Namun tidak dengan Kakek, ia mantap bersemangat mengurai kisah  perjuangannya melawan penjajah. Padahal, usianya terbilang uzur, sudah 104 tahun. Sementara, Buruhkata, seorang mahasiswa KKN yang numpang nginap di rumah kakek, harus menahan kantuk sembari menunjukan atusias mengagumi setiap lembar kisah perjuangan itu.

Di satu kesempatan, Buruhkata menyempatkan bertanya berapa saudara kakek. Jawaban yang didengar sungguh di luar dugaan. Kakek mengaku adalah bungsu dari 7 bersaudara, “Masih hidop samua dorang,” ucap kakek diiringi kepulan asap rokok berhembus dari mulut dan hidungnya.

“Masi hidop samua?” tanya Buruhkata terheran-heran.

Kakek menjawab dengan anggukan penuh wibawa, sembari kembali menyeruput kopi hitam yang tinggal ampasnya. Di saat bersamaan terdengar suara gaduh dari dapur rumah.

“Ada yang ba bongkar dapur itu kek?”

“Biasa, sebe itu baru pulang, so mabo,” sahut Kakek santai.

1 comment: